Sabtu, 22 Mei 2010

Wanita berhaji tanpa disertai mahram


Sebelumnya mohon maaf, tulisan ini adalah re-post dari sebuah email yang saya terima dari Ust. H. Bobby Herwibowo, Lc. Mudah-mudahan re-post ini bermanfaat.

WANITA BERHAJI TANPA DISERTAI MAHRAM

Dewasa ini banyak sekali didapati adanya para wanita yang berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji maupun umrah tanpa didampingi oleh mahram (baca mahram bukan muhrim seperti yang lazim digunakan oleh bangsa Indonesia). Banyak alasan yang melatar-belakangi para wanita tadi berhaji dan berumrah tanpa adanya mahram. Boleh jadi nafkah yang hanya mencukupi satu orang, atau suaminya telah tiada, atau bisa saja suaminya masih hidup namun tidak mempunyai kemampuan atau kelapangan waktu untuk menemani istrinya berhaji.

Bagaimanakah hukum safar bagi wanita seperti ini, padahal ia berangkat ke Baitullah demi menunaikan rukun Islam yang kelima yang menjadi kewajiban atas dirinya juga. Dalam hal ini Rasulullah Saw memberi keterangan hukum bagi wanita yang bepergian (safar):

"Tidak halal bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk mengadakan safar sehari semalam tidak bersama mahromnya." [HR Bukhori: 1088, Muslim 1339]

Hadits ini adalah ketentuan Rasulullah Saw secara umum bagi wanita yang melakukan safar, sedangkan dalam kasus haji seperti yang disampaikan oleh Ibnu Abbas Ra beliau berkata: Saya mendengar Rasulullahi Shallallahu 'alaihi wassallam bersabda:

"Jangan seorang laki-laki berkholwat (berduaan) dengan seorang wanita kecuali bersama mahromnya, juga jangan safar dengan wanita kecuali bersama mahromnya, maka ada seorang lelaki berdiri lalu berkata : "Wahai Rasulullah, sesungguhnya istri saya pergi haji padahal saya ikut dalam sebuah peperangan. Maka Rasulullah menjawab: "Berangkatlah untuk berhaji dengan istrimu!"[HR Bukhori: 3006,523, Muslim 1341]

Kedua dalil di atas menggambarkan bahwa menjadi salah satu syarat istitha'ah (mampu berhaji) bagi wanita adalah adanya mahram atau suami yang mendampinginya.

Lalu bagaimana bila ternyata ada wanita yang berangkat haji tanpa didampingi oleh suami atau mahram, apakah hajinya tidak sah? Dalam hal ini para ulama madzhab Syafi'i membolehkan seorang wanita berhaji tanpa mahram asalkan keberangkatannya bersama rombongan wanita yang dapat dipercaya. Hal ini juga didukung oleh ulama madzhab Maliki yang memperbolehkan wanita berhaji dengan mengikuti rifqah ma'munah (rombongan yang aman). Kalau kondisi ini tidak ada, maka tidak wajib bagi wanita tersebut untuk berhaji karena syarat istitha'ah tidak ia miliki.

Maka makna mahram sebagai syarat dibolehkannya safar bagi wanita dapat diperluas dengan rombongan dan teman perjalanan yang aman dan dapat dipercaya menurut pendapat ulama madzhab Malik & Syafi'i.

Wallahu A’lam.

Salam,
Ust. H. Bobby Herwibowo, Lc
Pembimbing Haji & Umrah Al Kauny
Kepuasaan Ibadah & Layanan

Lama tak berbagi...

Assalamualaikum wr wb.

Sudah lama rasanya saya tidak menulis di blog ini. Seiring waktu yang berjalan tak terasa banyak pelajaran berharga dari Allah yang kami dapatkan. Pelajaran dari Allah semakin menempa kita supaya semakin kuat dan semakin bersemangat untuk membela agama Allah. Rasanya pun bermacam-macam, ada yang manis (biasanya kita menyebutnya anugerah) tapi ada pula yang rasanya tidak kita sukai (biasanya kita sebut sebagai musibah).

Sesuatu yang rasanya manis, pastilah semua orang menyukai. Sebaliknya jika Allah memberikan pelajaran yang rasanya tidak kita sukai, bisa bermacam-macam reaksi kita. Ada yang tetap bersyukur dan mengharap pertolonganNya, ada yang instrospeksi diri, ada yang menyalahkan orang lain bahkan ada pula yang menyalahkan Allah(naudzubillah min dzalik) .

Baik anugerah maupun musibah semuanya merupakan ujian dari Allah, semua bernilai ibadah di hadapan Allah. Jika kita diberi kesenangan, apakah menjadikan kita semakin dekat kepada Allah? Jika kita diberi kesulitan, apakah kita tetap bersyukur kepada Allah? Semoga kita selalu dituntun untuk selalu berada di jalanNya. Amiinn...